Cinta..Cinta..dan Cinta
Hari ini adalah hari
pertama Ghista memasuki sekolah barunya yaitu SMA Sinarjaya. Sekolah yang
paling diidam-idamkanya. Karena ini adalah hari pertama ia sekolah, ia bergegas
untuk segera berangkat sekolah.
Ghista : “Ma, Ghista pergi sekolah dulu ya? Assalamualaikum.”
(sambil mencium tangan Mama)
Mama : “Lho …… inikan baru jam setengah
enam. Kok buru – buru banget.”
Ghista : “Ya kan ini hari pertama masuk
sekolah, so gak boleh terlambat.”
Mama : “Kamu dah sarapan belum?”
Ghista : “Belum ma, nanti aja sekalian di Kantin. Udah dulu ya
ma….nanti telat lagi.
Mama : “Lho…kok gitu, ya udah mau dibilang apa lagi.”
Ghista : “Assalamualaikum.” (mencium tangan Mama lagi).
Mama : “Waalaikumsalam. Hati – hati di jalan ya…” (tersenyum).
Ghista : “Iya mama. Daah…” (melambaikan tangan pada Mama)
Mama : (hanya tersenyum).
Beberapa menit
kemudian Ghista sampai di sekolah. Tanpa diduga – duga ia bertabrakan dengan
seseorang.
Lala : “Akh………maaf – maaf aku gak
sengaja.”(bingung)
Ghista : “Ah..gak papa kok, aku juga
minta maaf.” (tersenyum)
Lala : (membalas senyum Ghista) “Iya.
Eh..ngomong – ngomong namanya siapa?”
Ghista : “Namaku Grinhista, kamu bisa
panggil aku Ghista. Kamu siapa?”
Lala : “Aku Lala, salam kenal ya. Kamu
kelas brapa? Aku kelas 10a.
Ghista : “Waah…sama donk aku juga kelas
10a. Ke kelas yuk..??”
Lala : “Wah gak nyangka ya. Ayo!!!!”
Sejak saat itu
mereka pun menjadi sahabat.
Ketika Ghista dan Lala
berada di kantin sekoloh untuk makan siang. Tiba – tiba ada seorang cowok
mengampirinya. Dan menyapanya……
Denis : “Hai, aku boleh duduk disini??” (seberkas senyum yang
tersungging di bibirnya).
Ghista : “Hai juga, boleh kok.” (hanya melihat cowok itu sebentar
dan tersenyum lalu melanjutkan membaca bukunya).
Denis : “Trims” (senyum)
Ghista dan Lala : (tersenyum)
Setelah cukup lama berdiam diri, Denis pun membuka mulut.
Denis : “Jingga dan Senja?”
Ghista : “eeeh??”
Denis : “Kamu suka buku itu??”
Ghista : “Iya, aku suka banget buku ini. Kamu juga suka??”
Denis : “Ya, sedikit siih…”(nyengir) ”Kamu udah baca yang berapa
aja?? Yang membuat kamu suka sama buku itu apa??"
Ghista : “Ooh…aku dah baca ampek yang kedua, aku pengen bangen baca
yang ketiga tapi belum diterbitkan, sabar ajalah buat menanti. Aku gak tau aku
suka karena apa, menurutku ceritanya bagus aja menyentuh hati gitu. Hehehe.”
(nyengir)
Bel masuk kelas pun berbunyi.
Ghista : “Masuk kelas dulu ya”
Jam
istirahat pun berakhir. Anak – anak kelas 10a berbincang – bincang tentang
kejadian ketika Ghista berbicara dengan seorang cowok.
Ria : “Hay.. Ghis,
siapa cowok tadi..???” (penasaran)
Nista : “Iya… cowok tadi siapa siih
Ghis..??,kenalin ke kita -kita donk???” (sama penasarannya dengan Ria)
Danis : “Kenalin ke kita – kita donk Ghis…
gue pengen tau siapa dia??? Udah ganteng cool pula…iih kamu bikin iri kita –
kita aja”
Ghista : “Udah……udah, berisik banget siih
kalian ini. Aku juga gak tau cowok tadi itu siapa..?? Tiba – tiba aja dia duduk
disampingku. Ya kan La..??”
Lala : “Iya bener.”
Semua : “Ya udah deeh terserah
kamu aja”
Seminggu
setelah pembicaraan tersebut, sepertinya semua teman – teman Ghista telah
melupakan pembicaraan Ghista dengan seorang cowok. Ketika sedang bercanda
dengan Lala tanpa sengaja Ghista ia menabrak seseorang.
Denis : “Ehh kamu kalo’ jalan ati – ati
donk. Gak punya mata ya??” (agak kesal)
Ghista : “Maaf…maaf kak aku gak tahu kalo’
ada kakak.” (menundukkan kepala)
Lala : “Iya kak, maafin sahabat saya ya…”
(memelas)
Denis : “Ya udah deeh lupain aja.”
Ghista : “Makasih kak” (melihat cowok yang
ditabraknya)”Lho..??”
Denis : “Eeeh…ternyata kamu..!!!” (kaget)
“Boleh kenalan gak?? Kan dulu gak sempet, keburu masuk kelas..”
Ghista : “Boleh. Aku Grinhista, kakak bisa
panggil aku Ghista. Dan ini Lala. Kakak siapa??”
Lala : “~,~” (tersenyum tipis)
Denis : “Jangan panggil aku kakak,
panggil aja Denis. Kamu kelas berapa?? Aku 10b.”
Ghista : “ohh..aku kelas 10a..”
Denis : “Kamu mau pulang ya??
Rumahnya mana..??”
Ghista : “Iya. Di Perum Griya
Indah.”
Denis : “Wahh..kita satu komplek donk.
Kapan – kapan aku antar kamu pulang ya?? Aku pulang dulu ya”
Ghista : “hehehe..iya”
Sejak saat itu mereka sering
bertemu dan menjadi teman.
Setelah
beberapa berbulan – bulan Ghista dan Denis berteman. Akhirnya Denis memutuskan……
Denis : “Hai.” (tersenyum)
Ghista : “Hai
juga.” (tersenyum senang)
Denis : “Ghis kita kan dah berteman cukup
lama. Kamu mau gak jadi sahabatku,karena aku menganggap kamu baik buatku.”
(berharap)
Denis : “Oh ya
benarkah kau mau jadi sahabatku…??” (tidak percaya)
Ghista : “Iya
betul aku serius. Apa wajahku tak menyakinkanmu.”
Denis : “hahaha…
Iya – iya aku percaya. Makasih ya dah mau jadi sahabatku.”
Ghista
: “Iya sama – sama”
Karena
telah mengetahui bahwa ternyata Denis dan Ghista bersahabat, Sisca cewek yang
suka sama Denis jadi cemburu dan berusaha ingin merusak persahabatan mereka.
Suatu hari……
Sisca : “Eeh Ghis,
aku peringatin ma kamu ya..jangan deketin Denis lagi.”
Ghista :
“Hah..maksudmu apa?? Aku gak ngerti.”
Sisca : “Jauhi
dia, karena dia berbahaya buatmu”
Ghista : “Memang
kenapa?? Apa yang berbahaya??”
Sisca : “Kuberitahu padamu ya..”(diam
sejenak) “Denis tu cowok yang nakal, suka tawuran lagi. So, daripada kamu kena ketularan
lebih baik kamu jauhi dia.”
Sisca : “Kena
loe Ghis…” (dalam hati)
Ghista : “Kamu
bohong, dia gak mungkin kayak yang kamu omongin.” (menangis)
Sisca : “Ngapain
juga aku bohong sama kamu, gak guna.”
Didalam
kamarnya Ghista termenung membayangkan perkataan Sisca. Tiba – tiba telepon
genggamnya berdering yang membuyarkan lamunan Ghista.
Ghista : “Ya hallo,
siapa ini?”
Denis : “Aku Denis.
Bisa gak besok kita ketemu??”
Ghista : “Maaf aku
besok sibuk.” (berbohong)
Denis : “Please,
datang ya ada yang mau aku omongin.” (memohon)
Ghista : “Oke aku
akan datang tapi jangan lama –lama ya.”
Denis : “Makasih
ya Ghis. Sampai ketemu besok.”
Di
taman kota, Ghista bertemu dengan Denis. Perselisihan pun terjadi diantara
mereka.
Danis : “Hai
Ghis…!!!”
Ghista : “Hai
juga. Kamu mau ngomong apa? Cepetan soalnya aku lagi sibuk.”
Denis : “A…A…”
Ghista : “Lama
banget. Aku pulang dulu ya?” (kesel dan berbalik arah)
Denis : “Tunggu
Ghis, aku belum selesai ngomong.” (megang tangan Ghista)
Ghista : “Mau
ngomong apa lagi?” (ngelepas pegangan tangan Denis)
Denis : “Hai,
Ghis…kamu kok berubah siih?? Gak seperti dulu.”
Ghista : “Siapa
yang berubah. Kamu dah bo’ongin aku.”
Denis : “Maksudmu aku udah bo’ongin kamu
apa??” (bingung dengan perkataan Ghista)
Ghista : “Ternyata kamu itu cowok nakal dan
suka tawuran. Kalau nakal siih aku masih bisa maafin tapi kalau tawuran, aku
paling gak suka sama orang yang sukanya tawuran.” (sangat marah sama Denis)
Denis : “Itu bo’ong aku gak pernah
ngelakuin apa yang kamu bilang.” (menyangkal)
Ghista : “Udah
deeh gak usah bo’ong lagi. Aku tau itu semua dari Sisca.”
Denis : “Sisca??”
Ghista : “Iya.
Udah ah aku mau pulang, capek berdebat sama kamu.”
Denis : (hanya
diam gak nyegah Ghista yang pergi meninggalkannya)
Karena
merasa marah difitnah Sisca, Denis pun akhirnya mencari dan menemukan Sisca.
Denis : “Kamu
ngomong apa sama Ghista?”
Sisca : “Sabar
dulu donk, Den. Pake nyapa apa gitu?”
Denis : “Alah gak usah pake nyapa – nyapaan
segala. Sekarang bilang sama aku, kamu ngomong apa sama Ghista?” (sedikit
membentak)
Sisca : “Oke. Aku bilang sama Ghista bahwa
kamu itu cowok yang nakal dan suka tawuran.”
Denis : “Apa? Kamu
bilang gitu? Apa salahku sehingga kamu tega fitnah aku.”
Sisca : “Salah kamu karena kamu dah buat
aku suka padamu dan kau telah menyakiti hatiku dengan bersahabat sama Ghista.”
Denis : “Oh gitu. Sekarang jauhi aku dan
jangan ganggu hidupku lagi, karena aku gak suka sama sifatmu. Dan kamu harus
minta maaf sama Ghista karena gara – gara kamu hubungan kami merenggang.”
Sisca : “Lho kok kamu gitu siih sama aku!!”
(nangis) “Oke aku akan minta maaf sama Ghista.”
Keesokan
paginya Ghista bertemu dengan Sisca. Dan Sisca berkata………
Sisca : “Hai Ghis. Aku minta maaf ya soal
kemarin yang aku bilang Denis itu cowok yang nakal dan suka tawuran yang
sebenarnya itu hanya karanganku saja supaya kau menjauh dari Denis. Maafkan aku
ya Ghis.”
Ghista : “Apaaaa?? Jadi yang kemarin itu
Cuma karanganmu saja?? Astaughfirullah aku udah su’udzon sama Denis, aku
harus minta maaf padanya.”
Sisca : “Iya,
makanya aku minta maaf sama kamu, Ghis. Kamu maafin aku kan?”
Ghista : “Iya gak
papa. Asal kamu jangan ulangi lagi perbuatanmu.”
Sisca : “Iya aku
janji gak akan ngulangi lagi perbuatan itu.”
Ketika
Ghista sedang memikirkan bagaimana cara untuk meminta maaf pada Denis. Tiba –
tiba ada sebuah tangan yang memegang tangan Ghista, dan berkata……
Denis : “Hai Ghis,
aku mau ngomong sama kamu. Ada waktu gak??”
Ghista : “Ngomong
aja. Sebenarnya aku juga mau ngomong sama kamu??”
Denis : “Kamu dulu
aja. Aku nanti setelah kamu.”
Ghista : “Bener ni
aku duluan??”
Denis : “Iya
bener.”
Ghista : “Ya udah deeh kalo’ gitu.
Sebenernya aku mau minta maaf sama kamu soal kemarin yang udah su’udzon dan udah marah – marah gak
jelas sama kamu gara – gara aku kehasut sama kata – kata Sisca.”
Denis : “Iya gak papa, aku udah memaafkanmu
dari dulu kok. Yang salah itu Sisca bukan kamu. Jadi kamu tenang aja.”
Ghista : “Makasih ya Den. Jadi kamu mau
ngomong apa??”
Denis : “A…A…ku mau bilang kalo’ aku suka
kamu. Kamu mau gak jdi pacarku??” (dengan terbata – bata)
Ghista : “Apa?? Kamu suka aku??” (gak
percaya dengan kata – kata Denis)
Denis : “Iya.” (dengan sedikit malu dan
takut ditolak)
Ghista : “Sebenarnya siih aku juga suka
sama kamu waktu kita pertama kali ketemu dulu.”
Denis : “Apa?? Jadi kamu mau jadi pacarku.”
Ghista : “Iya.”
Denis : “Ya ampun aku seneng banget.
Makasih ya Grinhista. Hehehe.” (sangat senang dengan jawaban Ghista)
Ghista : “Sama – sama aku juga seneng kok.”
Sejak
saat itulah mereka berdua pacaran. Walau awalnya menyakitkan tapi pada akhirnya
menyenangkan itulah kehidupan.
<ini buatanku sendiri lho>